Belakangan ini, jagat media sosial, khususnya platform X, diramaikan oleh seruan boikot terhadap food vlogger ternama, Codeblu. Nama yang dulu identik dengan ulasan makanan pedas dan tajam kini menjadi sorotan akibat dugaan tindakan yang memicu kemarahan netizen. Apa yang sebenarnya terjadi? Mari kita ulas lebih dalam kontroversi yang tengah hangat diperbincangkan ini.
Awal Mula Kontroversi
Kericuhan bermula ketika muncul tuduhan bahwa Codeblu terlibat dalam dugaan pemerasan terhadap sebuah toko kue dengan nilai fantastis, yakni Rp350 juta. Kabar ini pertama kali mencuat melalui berbagai postingan di X, yang kemudian menyebar bak api di atas jerami. Netizen dengan cepat merespons, dan tagar serta seruan “Boikot Codeblu” mulai menggema. Banyak yang menganggap tindakan tersebut, jika benar, sebagai pengkhianatan terhadap kepercayaan pengikutnya yang selama ini mengandalkan ulasan jujur dari sang vlogger.
Codeblu sendiri dikenal sebagai sosok yang tak ragu mengkritik restoran atau gerai makanan dengan gaya yang blak-blakan. Namun, tuduhan pemerasan ini menjadi pukulan telak bagi reputasinya. Sejumlah postingan di X menyebut bahwa dugaan ini berasal dari komunikasi yang bocor, meskipun hingga kini belum ada bukti konkret yang dikonfirmasi secara resmi.
Reaksi Netizen dan Pelaku Industri Kuliner
Seruan boikot ini tak hanya bergema di kalangan netizen biasa, tetapi juga mendapatkan respons dari figur publik dan pelaku industri kuliner. Misalnya, Ci Mehong, influencer kuliner ternama, dikabarkan memberikan tanggapan sinis terkait kontroversi ini, sementara pemilik Bakmi Kofei turut angkat bicara dengan nada kecewa. Banyak yang merasa bahwa tindakan Codeblu—jika terbukti—mencoreng integritas komunitas food vlogger yang seharusnya menjadi penutur kebenaran dalam dunia kuliner.
Di X, postingan seperti “Codeblu Diboikot, Ci Mehong hingga Pemilik Bakmi Kofei Respon Begini” dari akun @detikfood menjadi salah satu yang banyak dibagikan. Netizen tampak terbelah: ada yang tetap mendukung Codeblu dengan alasan “belum ada bukti jelas,” sementara yang lain menyerukan penghentian dukungan terhadap kontennya.
Sentimen di X: Boikot Menguat
Pantauan di X menunjukkan lonjakan aktivitas terkait topik ini. Akun-akun berita seperti @officialinews_ dan @SINDOnews turut memperkeruh suasana dengan judul-judul seperti “Boikot Codeblu Menggema di Medsos imbas Dugaan Pemerasan ke Toko Kue Rp350 Juta!” dan “Seruan Boikot Codeblu Terus Menggema di Media Sosial, Food Vlogger yang Bikin Murka Netizen.” Postingan ini mendapatkan ratusan retweet dan komentar, menunjukkan betapa besar dampaknya terhadap persepsi publik.
Netizen tak hanya berhenti pada seruan boikot. Beberapa di antaranya mulai menggali kembali konten-konten lama Codeblu, mencari pola atau tanda-tanda yang mungkin terlewatkan. Ada pula yang membandingkan kasus ini dengan kontroversi sebelumnya yang melibatkan Codeblu, seperti perseteruan dengan Farida Nurhan pada 2023 yang berujung pada laporan doxing.
Dampak pada Reputasi dan Karier
Bagi seorang food vlogger, kepercayaan adalah mata uang utama. Tuduhan pemerasan ini, meskipun belum terbukti secara hukum, telah menciptakan retakan besar pada citra Codeblu. Banyak pengikutnya yang merasa dikhianati, terutama mereka yang selama ini menganggap ulasannya sebagai acuan dalam memilih tempat makan. Jika boikot ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin karier Codeblu di dunia digital akan terancam.
Namun, di sisi lain, ada pula yang meminta publik untuk menahan diri hingga ada pernyataan resmi atau bukti yang jelas. “Jangan buru-buru judge, tunggu klarifikasi,” tulis salah satu pengguna X, mencoba meredam amukan massa digital.
Apa Selanjutnya?
Hingga saat ini, Codeblu belum memberikan tanggapan resmi terkait tuduhan tersebut. Diamnya sang vlogger justru makin memicu spekulasi dan memperkuat narasi negatif di X. Di tengah gempuran seruan boikot, publik kini menanti langkah Codeblu: apakah ia akan membela diri, meminta maaf, atau membawa kasus ini ke ranah hukum seperti yang pernah dilakukannya di masa lalu.
Kontroversi ini sekali lagi mengingatkan kita akan kekuatan media sosial dalam membentuk opini publik. X, sebagai platform yang cepat dan vokal, menjadi panggung utama bagi netizen untuk menyuarakan kekecewaan sekaligus menuntut keadilan. Apakah ini akan menjadi akhir dari perjalanan Codeblu, atau justru titik balik yang memperkuat posisinya? Hanya waktu yang bisa menjawab.
Bagi para blogger atau konten kreator, kasus ini juga menjadi pelajaran berharga: integritas adalah segalanya. Satu langkah salah bisa mengguncang fondasi yang dibangun bertahun-tahun. Bagaimana pendapatmu tentang boikot Codeblu ini? Tulis di kolom komentar dan mari kita bahas lebih lanjut!
0 Komentar